Hama & Penyakit Tanaman – Penyakit ANTRAKNOSA merupakan salah satu jenis penyakit tanaman cabe yang cukup berbahaya. Penyakit yang disebabkan oleh jamur ini dapat menyerang batang, ranting, daun dan buah cabai. Namun, kasus serangan antraknosa yang paling sering terjadi adalah pada buah cabai. Penyakit ini bisa menyerang semua jenis cabai, seperti paprika, cabai keriting, cabai besar, maupun cabai rawit. Infeksi jamur antraknosa paling banyak terjadi pada musim hujan pada lahan yang berdrainase kurang baik. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai dikenal juga dengan penyakit busuk kering, cacar buah cabai, api-api, patek, krapak. Pada serangan parah penyakit antraknosa dapat menyebabkan kerugian hingga 100% (gagal panen). Penyakit ini sulit diobati, namun bisa dicegah.
Foto: Kabartani.com
Penyebab Penyakit Patek (ANTRAKNOSA) pada Cabai
Apa penyebab penyakit ANTRAKNOSA pada buah cabai? Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh 2 jenis jamur patogen, yaitu jamur Colletotricum capsicidan Gleosporium sp.. Kedua jenis jamur penyebab penyakit antraknosa tersebut dapat menginfeksi benih, bibit, buah cabai muda sampai buah cabai hampir matang. Bahkan dalam penyimpanan pasca panen antraknosa masih dapat menyerang. Kedua jamur tersebut menyebabkan buah cabai busuk dan gugur (rontok) dengan gejala yang tidak jauh berbeda. Serangan penyakitantraknosa pada tanaman cabai tersebar luas di seluruh dunia. Terdapat empat jenis jamur Clletotrichum yang berasosiasi pada tanaman cabai, yaitu C. acutatum, C. gloeosporioides, C. Capsici, dan C. boninese. Berikut ini pemicu perkembangan penyakit antraknosa pada buah cabai :
a). Benih tidak sehat/terinfeksi,
b). Lingkungan terlalu lembab karena jarak tanam yang rapat atau hujan turun terus menerus,
c). Jamur berkembang dengan baik pada kondisi kelembaban relatif tinggi (>95%) pada suhu sekitar 32 C dan lingkungan pertanaman yang kurang bersih dan banyak terdapat genangan air,
d). Pupuk nitrogen terlalu tinggi/pemupukan tidak berimbang,
e). Tanah kekurangan kalsium
b). Lingkungan terlalu lembab karena jarak tanam yang rapat atau hujan turun terus menerus,
c). Jamur berkembang dengan baik pada kondisi kelembaban relatif tinggi (>95%) pada suhu sekitar 32 C dan lingkungan pertanaman yang kurang bersih dan banyak terdapat genangan air,
d). Pupuk nitrogen terlalu tinggi/pemupukan tidak berimbang,
e). Tanah kekurangan kalsium
6 Gejala Penyakit Cacar Buah (Antraknosa) pada Buah Cabai
Tingkat serangan penyakit antraknosa bervariasi, tergantung pada lokasi penanaman, musim, ketahanan varietas cabai yang ditanam serta penanganan dan teknik budidaya yang diterapkan. Berikut ini gejala umum serangan antraknosa pada buah cabai :
a). Colletrotichum capsici menyerang buah cabai muda sampai tua/matang,
b). Gejala awal ditandai terdapat bercak coklat kehitaman pada buah yang kemudian meluas menjadi busuk lunak,
c). Dibagian tengah terdapat titik-titik hitam.
d). Serangan berat menyebabkan buah cabai mengerut dan mengering,
e). Gejala serangan cendawan Gloeosporium sp umumnya menyerang buah cabai muda dan menyebabkan ujung buah mengering, meskipun pada banyak kasus juga menyerang buah cabai tua/hampir matang,
f). Gejala serangan jamur Gloeosporium sp. ditandai dengan terbentuknya bintik-bintik kecil kehitaman berlekuk serta tepi bintik berwarna kuning. Bagian lekuk akan terus membesar dan memanjang serta bagian tengah berwarna gelap
b). Gejala awal ditandai terdapat bercak coklat kehitaman pada buah yang kemudian meluas menjadi busuk lunak,
c). Dibagian tengah terdapat titik-titik hitam.
d). Serangan berat menyebabkan buah cabai mengerut dan mengering,
e). Gejala serangan cendawan Gloeosporium sp umumnya menyerang buah cabai muda dan menyebabkan ujung buah mengering, meskipun pada banyak kasus juga menyerang buah cabai tua/hampir matang,
f). Gejala serangan jamur Gloeosporium sp. ditandai dengan terbentuknya bintik-bintik kecil kehitaman berlekuk serta tepi bintik berwarna kuning. Bagian lekuk akan terus membesar dan memanjang serta bagian tengah berwarna gelap
Penyebaran dan Penularan Penyakit Antraknosa pada Cabai
Jamur Colletrotichum capsici dan Gloeosporium sp. yang terdapat didalam tanah yang berasal dari tanaman sebelumnya dapat menginfeksi tanaman berikutnya. Kedua jenis jamur patogen tersebut dapat terbawa oleh biji atau benih dan menyerang tanaman di pembibitan. Jamur C. capsici dan Gloeosporium sp. dapat bertahan didalam tanah, sisa-sisa tanaman atau buah yang terinfeksi dan dapat menjadi sumber penularan antraknosa. Jamur C. capsici yang terbawa oleh benih cabai pada saat benih berkecambah, bibit tersebut dapat terserang. Jamur tidak hanya terdapat pada buah, tetapi juga terdapat pada batang, daun, ranting atau tanaman muda yang tidak bergejala (tampak sehat). Penularan penyakit antraknosa juga disebabkan oleh hembusan angin, percikan air hujan termasuk penyemprotan pestisida, alat pertanian dan manusia.
6 Tindakan Pencegahan Penyakit ANTRAKNOSA (Patek, Cacar Buah) pada Cabai
Pencegahan penyakit antraknosa hendaknya dilakukan sejak pemilihan benih. Sebab, spora jamur C. capsici dan Gleosporium sp. dapat terbawa dan bertahan cukup lama pada biji. Berikut ini tips pencegahan antraknosa pada cabai ;
a). Gunakan benih/biji yang sehat/steril,
b). Jika membuat benih sendiri, pilih buah cabai dari tanaman yang sehat/bebas penyakit antraknosa,
c). Sebelum disemai, benih direndam selama kurang lebih 2 jam menggunakan larutan fungisida mancozeb (menggunakan air hangat kuku),
d). Tanah/media semai dikukus selama 30 menit untuk membunuh cendawan patogen yang mungkin terbawa,
e). pH tanah untuk menyemai benih cabai antara 6,0 – 7,0. Jika pH rendah, taburkan kapur dolomit/kapur pertanianseperlunya sampai mendapatkan pH ideal,
f). Jika benih sudah tumbuh, semprot dengan dosis rendah fungisida mancozeb bergantian dengan fungisida propineb.
b). Jika membuat benih sendiri, pilih buah cabai dari tanaman yang sehat/bebas penyakit antraknosa,
c). Sebelum disemai, benih direndam selama kurang lebih 2 jam menggunakan larutan fungisida mancozeb (menggunakan air hangat kuku),
d). Tanah/media semai dikukus selama 30 menit untuk membunuh cendawan patogen yang mungkin terbawa,
e). pH tanah untuk menyemai benih cabai antara 6,0 – 7,0. Jika pH rendah, taburkan kapur dolomit/kapur pertanianseperlunya sampai mendapatkan pH ideal,
f). Jika benih sudah tumbuh, semprot dengan dosis rendah fungisida mancozeb bergantian dengan fungisida propineb.
14 Cara Pengendalian Penyakit ANTRAKNOSA pada Buah Cabai
Jamur C. capsici dan Gloeosporium sp. dapat menyerang buah cabai muda hingga buah yang hampir matang (tua). Buah cabai terinfeksi tidak serta merta menunjukkan gejala, gejala baru terlihat 12 hari setelah spora jamur meninfeksi. Oleh sebab itu, seringkali terjadi buah busuk pada masa penyimpanan, padahal ketika dipetik buah cabai terlihat sehat. Berikut ini tips pengendalian penyakit antraknosa pada buah cabai ;
a). Pengapuran pada lahan budidaya cabai untuk memperoleh pH ideal, yaitu 6.0 – 7.0,
b). Menggunakan pupuk kandang yang sudah lama/kering atau yang telah difermentasi,
c). Menggunakan mulsa plastik pada musim hujan agar tanah tidak terlalu lembab,
d). Atur jarak tanam (tidak terlalu rapat) agar lingkungan pertanaman cabai tidak lembab,
e). Jika memungkinkan, pilih lahan yang bukan bekas tanaman inang seperti tomat, terung atau bekas tanaman cabai,
f). Tanaman cabai yang terlalu rimbun, sebagian tunas dibuang,
g). Lakukan penyemprotan fungisida sejak terbentuknya buah pertama atau sejak umur 1 minggu setelah tanam untuk mencegah antraknosa menyerang batang, daun dan ranting tanaman cabai,
h). Gunakan fungisida berbahan aktif mankozeb dan propineb secara bergantian, dengan frekuensi 1 minggu sekali atau disesuaikan dengan kondisi/cuaca,
j). Jika dimusim hujan, gunakan perekat agar lebih efektif dalam penggunaan fungisida,
k). Lakukan pemupukan secara berimbang, kelebihan unsur nitrogen dapat menyebabkan tanaman rentan terhadap infeksi penyakit,
l). Semprotkan calsium untuk membantu tanaman cabai mempertahankan diri dari serangan penyakit. Calsium berfungsi mempertebal/memperkuat dinding sel buah cabai sehingga tidak mudah terinfeksi penyakit,
m). Buah cabai yang terserang dipetik dan dimusnahkan agar spora jamur tidak menular pada buah cabai lainnya.
n). Bersihkan tangan dan alat pertanian setelah kontak langsung dengan cabai terinfeksi agar spora jamur yang ikut terbawa tidak menginfeksi buah cabai lainnya.
b). Menggunakan pupuk kandang yang sudah lama/kering atau yang telah difermentasi,
c). Menggunakan mulsa plastik pada musim hujan agar tanah tidak terlalu lembab,
d). Atur jarak tanam (tidak terlalu rapat) agar lingkungan pertanaman cabai tidak lembab,
e). Jika memungkinkan, pilih lahan yang bukan bekas tanaman inang seperti tomat, terung atau bekas tanaman cabai,
f). Tanaman cabai yang terlalu rimbun, sebagian tunas dibuang,
g). Lakukan penyemprotan fungisida sejak terbentuknya buah pertama atau sejak umur 1 minggu setelah tanam untuk mencegah antraknosa menyerang batang, daun dan ranting tanaman cabai,
h). Gunakan fungisida berbahan aktif mankozeb dan propineb secara bergantian, dengan frekuensi 1 minggu sekali atau disesuaikan dengan kondisi/cuaca,
j). Jika dimusim hujan, gunakan perekat agar lebih efektif dalam penggunaan fungisida,
k). Lakukan pemupukan secara berimbang, kelebihan unsur nitrogen dapat menyebabkan tanaman rentan terhadap infeksi penyakit,
l). Semprotkan calsium untuk membantu tanaman cabai mempertahankan diri dari serangan penyakit. Calsium berfungsi mempertebal/memperkuat dinding sel buah cabai sehingga tidak mudah terinfeksi penyakit,
m). Buah cabai yang terserang dipetik dan dimusnahkan agar spora jamur tidak menular pada buah cabai lainnya.
n). Bersihkan tangan dan alat pertanian setelah kontak langsung dengan cabai terinfeksi agar spora jamur yang ikut terbawa tidak menginfeksi buah cabai lainnya.
Demikian tentang “20 Cara Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ANTRAKNOSA pada Buah Cabai“. Semoga bermanfaat….