-->

Friday, 12 October 2018

Tinggalkan Gaji 75 Juta, Muslahuddin Daud Pilih Jadi Petani



Tak sedikit orang yang mendambakan memperoleh pekerjaan yangmapan dan gaji besar setelah lulus pendidikan. Namun, berbeda dengan Muslahiddin Daud, pria asal Pidie Jaya, Aceh, ini memilih banting setir menjadi petani setelah 13 tahun bekerja di World Bank dengan gaji Rp 75 juta rupiah.
“Gaji saya (di World Bank) Rp 75 juta,” kata Muslahuddin Daud, seperti dilansir dari detikcom, Senin (19/3/2018).”
Gaji besar yang ia peroleh sebagai Social Development Specialist rela ditinggalkannya. Setelah resign pada tahun 2014 silam, Muslahuddin membeli 20 hektare kebun di Paya Dua Panten Jeulatang, Kecamatan Lamteuba, Aceh Besar.


Di kebun tersebut, pria yang akrab disapa Pak Mus ini menanam berbagai macam tanaman, seperti cabai, papaya, jagung, kopi, dan pisang. Saat ini, mayoritas kebunnya banyak ditanami dengan tanaman papaya yang tumbuh dengan subur.

“secara alamiah, tanaman itu suka kawan jadi kita buat aja dia banyak teman. Tapi kita atur dengan konsep secara sengaja. Seperti papaya di sini, pisang disini. Variasi tumbuhan ini bisa bervariasi juga ke pendapatan petani,”ujarnya.
Keputusannya memilih menjadi petani tentu mendapat protes dari keluarga dan istrinya. Namun ia berhasil meyakinkan mereka bahwa tekadnya untuk berkebun sangat kuat. 


"Keluarga pertama protes. Istri saya sukanya toko, beli tanah di kota. Tapi bergerak dari sebuah keyakinan dibarengi dengan ilmu, saya yakin saja suatu saat akan berhasil."Jelas Muslahuddin.
Selain mengelola lahan seluas 20 hektar miliknya, ia juga membina sekitar 4 ribu petani di seluruh aceh, mulai dari petani kopi cengkeh, cabai, hingga bawang. Dia turun ke petani-petani untuk membimbing mereka dari cara menanam hingga panen. Hebatnya, proses bimbingan ini dilakukannya secara sukarela. 

 Ongkos yang harus dikeluarkannya untuk berkebun dan membina petani tentu tidak sedikit. Bahkan, hingga saat ini Muslahuddin sudah mengeluarkan biaya miliaran rupiah. 


"Yang lebih penting kerja saya di luar lamteuba sebenarnya. Selama in hampir 4 tahun menjadi trainer di berbagai wilayah atas permintaan dari masyarakat. Biaya yang saya keluarkan sudah sekitar Rp 1,5 miliar. Itu untuk beli bibit dan bina petani,"uangkapnya.
Artikel Asli >

NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post