SEJARAH DAN PENGERTIAN PENYULUHAN PERTANIAN
Sejarah penyuluh pertanian memberikan gambaran tentang bagaimana edukasi pertanian pada awal dimulainya. Hampir setiap negara memiliki sejarah dan perkembangan penyuluh pertaniannya masing-masing, dengan perbedaan faktor-faktor yang melatar belakanginya. Amerika Serikat memiliki sejarah penyuluhan yang berawal dari kebutuhan pendidikan pertanian, kebutuhan menyampaikan informasi dan mendorong penerapan informasi melalui kegiatan jasa penyuluhan. Di Inggris, perkembangan penyuluhan diawali oleh kebutuhan menyebarkan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan metode lebih sistematis, dan makin mendapat pengakuan dari masyarakat karena tekanan perang yang membutuhkan produksi bahan pangan dari dalam negeri. Di Thailand, perkembangan penyuluhan pertanian diawali dari pembentukan satu departemen penyuluhan pertanian di tingkat pusat yang sebelumnya bersifat sektoral. Penerapan sistem latihan dan kunjungan makin meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap kegiatan penyuluhan pertanian di Thailand. Perkembangan penyuluhan pertanian di Indonesia dapat dikelompokkan dalam masa sebelum kemerdekaan (tahun 1817-1941), masa kemerdekaan (1945-1966), masa orde baru (1966-1998), dan masa reformasi atau otonomi daerah (1998-sekarang). Pembangunan Kebun Raya di Bogor pada tahun 1917 dengan tujuan mengenalkan jenis-jenis tanaman baru, menandai awal pembangunan pertanian di Indonesia. Pada masa sebelum kemerdekaan tersebut usaha memperbaiki pertanian rakyat diterapkan dengan sistem tanam paksa dan kekuasaan pangreh praja. Pada masa kemerdekaan, pendekatan dalam memperbaiki pertanian rakyat telah diubah dari ketika jaman penjajahan, tetapi sistem komando tetap dari satu pusat. Hal ini kurang menumbuhkan kesadaran masyarakat.
Pada masa orde baru, kegiatan penyuluhan pertanian mulai mendapat pengakuan dari masyarakat petani sejalan dengan keberhasilan swasembada beras nasional. Tetapi pendekatan sentralistik dan top-down tidak sesuai dengan perkembangan masyarakat Indonesia yang makin memiliki keragaman dan butuh pengakuan.
Pada masa reformasi atau penerapan otonomi daerah, pemerintah daerah mendapat kewenangan untuk mengatur dan mengurus peningkatan kualitas SDM sesuai kemampuan dan kebutuhan daerah. Dengan adanya peluang mengembangkan potensi wilayah, peran penyuluh pertanian makin dibutuhkan untuk mendorong masyarakat petani memanfaatkan peluang yang ada. Penyuluh harus mampu mengidentifikasi potensi dan kebutuhan masyarakat petani setempat dan mampu menerapkan pendekatan penyuluhan yang sesuai. Dengan demikian kemampuan, kualitas penyuluh perlu pula ditingkatkan untuk dapat menghadapi perubahan-perubahan pada masa reformasi dan otonomi daerah.
Pengertian Penyuluhan Pertanian
Pengertian penyuluhan pertanian adalah proses pendidikan dengan sistem pendidikan nonformal untuk mengubah perilaku orang dewasa agar memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang lebih baik, sehingga sasaran dapat memilih dan mengambil keputusan dari berbagai alternatif pengetahuan yang ada untuk menyelesaikan permasalahan dalam upaya meningkatkan kesejahteraannya. Konsep-konsep penting terkait dengan penyuluhan adalah: proses pendidikan (dengan sistem pendidikan nonformal dan pendidikan orang dewasa), proses perubahan (menuju perilaku yang lebih baik, sesuai yang diinginkan), dan proses pemberdayaan (memiliki pengetahuan dan kemampuan baru). Penyuluhan pertanian lebih luas dan lebih jauh dari sekedar kegiatan penerangan. Penyuluhan melibatkan proses komunikasi umpan balik dan ada evaluasi terhadap perubahan perilaku yang dicapai pada diri sasaran. Penyuluh pertanian merupakan peran yang tidak mudah, harus mengubah usahatani dan perilaku petani beserta masyarakatnya. Seorang penyuluh harus memiliki kompotensi tertentu yang diperoleh dengan menguasai ilmu-ilmu pertanian, pendidikan, psikologi, komunikasi, sosiologi, kepemimpinan, antropologi, dan manajemen; serta ilmu-ilmu lain yang mendukung misal ilmu ekonomi. Tingkat kedalaman dan keluasan dalam penguasaan ilmu-ilmu tersebut tergantung tingkat spesialisasi penyuluh yang diinginkan, misal penyuluh pertanian ahli (profesional) atau penyuluh pertanian lapangan (subprofesional).
TUJUAN DAN PERANAN PENYULUHAN PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN
Tujuan Penyuluhan Pertanian :
Sebagai suatu kegiatan, penyuluhan pertanian dilakukan untuk mencapai suatu keinginan atau tujuan. Penyuluhan pertanian merupakan proses pendidikan non-formal bagi petani dan keluarganya. Tujuan penyuluhan pertanian adalah meningkatkan perilaku dan kemampuan petani sehingga dapat meningkatkan kesejahteraannya. Agar tujuan dapat dicapai melalui kegiatan yang tepat, maka rumusan tujuan harus memenuhi kriteria yang baik. Kriteria tujuan yang baik adalah spesifik (specific), menggambarkan arah yang akan dicapai; dapat diukur (measurable), dapat diketahui setiap kemajuan yang dicapai; dapat dicapai (achieveable), memiliki dimensi jarak (remoteness); realistis (realistic), memiliki kerangka jumlah dan jenis kegiatan yang dapat dicapai, memiliki jangka waktu (time bond) sehingga dapat ditentukan lama pencapaiannya, serta menjadi "motivasi" yaitu pernyataan tujuan harus dapat menggambarkan dengan jelas "kebutuhan" dari orang-orang yang terlibat dalam pencapaian tujuan. Tujuan suatu kegiatan penting dirumuskan dengan kriteria yang baik, alasannya antara lain adalah:
(a) untuk memprediksi waktu pencapaian,
(b) memprediksi kebutuhan sumber daya (manusia, finansial, sarana dan prasarana),
(c) memberikan pedoman dan arah kegiatan,
(d) mudah dilakukan monitoring dan evaluasi dalam usaha/kegiatan pencapaian tujuan, serta mudah dilakukan perbaikan sebelum terjadi kesalahan yang lebih besar.
Rumusan tujuan perlu dilengkapi dengan rincian kegiatan untuk mencapai tujuan. Jenis-jenis tujuan penyuluhan pertanian dibedakan atas dasar :
(a) dampak yang dihasilkan,
(b) tingkatan tujuan,
(c) waktu pencapaian,
(d) komponen perilaku sasaran yang akan diubah, dan
(e) aspek usahatani,
Dalam menetapkan tujuan penyuluhan pertanian, karakteristik sasaran penyuluhan harus dipahami sehingga pencapaian tujuannya benar-benar diperuntukkan bagi peningkatan kesejahteraan sasaran penyuluhan. Petani merupakan orang dewasa yang telah memiliki karakteristik antara lain: (a) memiliki pengalaman, (b) kematangan emosi, (c) mampu berinteraksi dengan lingkungannya, dan (d) menyadari dan mampu berperan di masyarakat. Orang dewasa juga memiliki konsep-konsep yang telah melekat pada dirinya, khususnya dalam proses belajar; yaitu konsep diri, konsep pengalaman, konsep kesiapan belajar, dan konsep orientasi atau perspektif waktu. Dari uraian konsep orang dewasa, maka rumusan tujuan penyuluhan pertanian sebagai proses pendidikan seharusnya disesuaikan dengan cara belajar orang dewasa, yaitu: (1) cara belajar yang langsung dari pengalaman petani; (2) proses belajar yang terjadi antara penyuluh dan petani dengan kedudukan sama; (3) proses belajar yang dikembangkan atas dasar kebutuhan belajar akibat tuntutan situasi setempat yang terus berubah; dan (4) suatu proses belajar yang bersifat self-learning dan kemandirian warga belajar yang berlangsung dalam situasi kehidupan yang nyata yang dituntut untuk dapat diimplikasikan dalam kegiatan penyuluhan.
Peranan Penyuluhan Pertanian dalam Pembangunan
Pembangunan merupakan upaya melakukan perubahan dan pembaharuan yang dilakukan oleh suatu masyarakat menuju kondisi yang lebih baik. Pembangunan pertanian merupakan salah satu aspek pembangunan tersebut. Keberhasilan pembangunan pertanian berarti akan secara signifikan menentukan kesejahteraan masyarakat Indonesia, sebab 56,50% rumah tangga di Indonesia merupakan rumah tangga pertanian (hasil Sensus Pertanian tahun 2003). Pembangunan pertanian bukan hanya meningkatkan aspek ekonomi saja, tetapi harus dibarengi dengan pembangunan aspek manusia. Petani harus menjadi bagian dalam kegiatan pembangunan pertanian. Pengalaman masa lalu dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan-perubahan lingkungan telah mempengaruhi arah pembangunan pertanian yang lebih berorientasi pada pembangunan individu petani. Peningkatan kualitas individu akan menentukan keterlibatan petani dalam pembangunan, sehingga secara aktif berpartisipasi termasuk menikmati hasil pembangunan. Dengan demikian, pembangunan pertanian memiliki pengertian: sebagai upaya meningkatkan keberdayaan masyarakat petani, yaitu melalui peningkatan kapasitas, kualitas, profesionalitas, dan produktivitas dirinya sehingga petani mampu secara dinamis memanfaatkan peluang dan mengatasi segala bentuk ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan yang merupakan kendala untuk meraih kesejahteraan yang diidamkan. Saat ini, pembangunan pertanian mengarah pada pembangunan sistem dan usaha agribisnis, yang memerlukan dukungan SDM petani yang baik. SDM petani harus mencerminkan sebagai masyarakat: (1) teknologi, (2) terbuka dan transparan, serta (3) madani. Untuk menghasilkan SDM petani dengan kualitas tersebut, perlu upaya pemberdayaan petani, yaitu melalui kegiatan penyuluhan pertanian. Penyuluhan pertanian merupakan proses pendidikan non-formal bagi petani agar memiliki kualitas perilaku sesuai pembangunan, sehingga penyuluhan merupakan penggerak dan pemercepat pembangunan. Penyuluhan pertanian memiliki peran penting, yaitu sebagai kegiatan yang merupakan katalis, pendamping, perantara, dan penemu solusi bagi pembangunan pertanian. Keberhasilan penyuluhan pertanian ditentukan pula oleh profesionalitas penyuluh, yang memiliki tugas utama sebagai pembimbing, pendorong, motivator, komunikator, dan lain-lain.